“Yes, ada undangan lomba lagi ke sekolah, kalo aku ikut bisa menambah prestasiku di sekolah ini,” Tiwi berkata di dalam hati dengan riang. Ya, Tiwi tidak mau jadi anak yang biasa – biasa saja, Tiwi mau orang mengenalnya karena prestasi, bukan karena tampang, apalagi kekayaan.
Seperti biasa, terlebih dahulu, di sekolah diadakan seleksi untuk memilih siapa saja yang akan menjadi wakil. Seleksi lomba ini dibagi menjadi dua, tertulis dan lisan. Tiwi harus berusaha ekstra, karena lomba ini adalah lcc (lomba cerdas cermat) yang notabenenya bersifat hapalan. Sedangkan Tiwi paling lemah di hapalan.
Seleksi akan diadakan besok. Tiwi pun menuliskan ringkasan materi yang mungkin akan masuk di seleksi besok dalam kertas – kertas kecil. Jadi aku bisa membacanya dimanapun dan kapanpun, pikir Tiwi. Salah satu trik untuk menghadapi kelemahannya satu itu.
Tibalah saat seleksi , Tiwi bisa menjawab soal – soal tertulis, dan Tiwi lulus ke tahap selanjutnya. Di tahap ini Tiwi akan berhadapan dengan 5 penyeleksi, dan salah satunya adalah Kepala Sekolah. Ketika seleksi ke dua diadakan, 4 penyeleksi dapat Tiwi lewati dengan sukses. Rasa optimis pun memenuhi hatinya, Tiwi yakin akan lulus di tahap ke dua ini dan menjadi salah satu dari peserta yang akan berlaga di tingkat provinsi. Terselip sedikit kesombongan diantara rasa optimis itu.
Tapi saat wawancara dengan Kepsek, optimistis itu pun hancur. Baru melangkah ke ruangannya saja sudah membuat Tiwi gugup, deg – degan setengah mati. Alhasil, wawancara dengan Kepsek kacau. Sebenarnya Tiwi bisa menjawab pertanyaan – pertanyaan itu, hanya saja dengan terbata – bata. Jauh dari sempurna
“Yang akan mewakili sekolah kita di tingkat provinsi adalah …..”
Sampai akhir, nama Tiwi tak disebutkan. Rasa kecewa dan sedih memenuhi hati Tiwi. “Kalau begini hasilnya, apa guna aku menghapal sampai larut malam.Tuhan, kau sungguh tidak adil,” teriaknya dalam hati.
Life must goes on. Setelah seleksi itu, Tiwi pun mengikuti seleksi lomba – lomba lain. Sebenarnya Tiwi masih berharap untuk mengikuti lomba itu yang masih 3 bulan lagi dari perlombaan sebenarnya di tingkat provinsi, tapi logikanya mengatakan tidak mungkin bisa, wakil sekolah sudah terpilih.
Selang beberapa minggu, Tiwi mendapat kabar, bahwa beberapa orang yang terpilih, dikeluarkan oleh Kepsek, karena belum terlalu hapal. Harapannya pun membuncah kembali, untuk mengikuti lomba tsb. Namun, harapan tinggal harapan, Kepsek lebih memilih para juara di kelas untuk menggantikan mereka, alih – alih mengadakan seleksi kembali. Kembali hatinya protes, “Sumpah, ini tidak adil, para juara kelas itu bahkan tidak berminat mengikuti lomba ini, tapi kenapa mereka yang terpilih. Sepertinya, memang bukan takdirku mengikuti lomba ini,”pikir Tiwi dengan rasa putus asa.
Sebulan kemudian, salah satu dari tim, mundur karena lebih memilih lomba lain yang diikutinya. Kali ini diadakan seleksi untuk menggantikannya, tapi seleksi hanya diikuti oleh 3 orang dengan nilai tertinggi waktu tes kemarin. Voila, Tiwi salah satunya. Ternyata, sampai waktu tes, satu orang tidak datang, jadi yang mengikuti seleksi kali ini hanya dua orang. Tiwi tidak berani berharap, takut rasa kecewa itu akan menghampirinya lagi.
Seleksi kali ini hanya di tes siapa yang bisa menghapal satu halaman dengan sempurna. Mereka diberi waktu lima menit untuk persiapan. Entah, mungkin temannya tidak dalam kondisi prima, jadi hapalannya banyak yang salah. Ketika tiba gilirannya, dengan tenang Tiwi menyebutkan materi yang dihapalkan tadi, tapi, baru setengah, tiba – tiba gurunya berkata,
“Stop. Ibu sudah tahu. Tiwi, kamu terpilih untuk bergabung ke dalam tim,” seraya menunjuk Tiwi.
“Benarkah? Ini bukan mimpi??Ternyata usahaku tidak sia - sia. Terima kasih Tuhan, maaf jika aku sempat menyalahkanmu,”kata Tiwi dalam hati
Dibantu dengan teman – teman di tim, Tiwi pun berusaha keras supaya bisa meghapal materi – materi dan tidak ketinggalan dari yang lain. Usaha mereka pun berhasil mengantarkan mereka menjadi pemenang lomba tersebut di tingkat provinsi.
Hikmah
1. Jangan terlalu optimis sampai kau benar – benar mengetahui hasilnya . Seringkali optimis beda tipis dengan sombong
2. Tuhan tidak pernah tidur, Dia tahu apa yang dikerjakan hambanya. Semua pasti akan dibalas. Tidak ada yang sia – sia di dunia ini
3. Tetaplah jaga mimpimu, karena suatu saat pasti akan dikabulkan, jika tidak pasti akan digantikan dengan yang lebih baik. Tuhan tahu yang terbaik untuk hamba-Nya.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Berhikmah di BlogCamp
0 comments:
Posting Komentar